This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 31 Desember 2011

mengenal sisi lain tentang dunia maya

Tanbihun- Tulisan ini akan diawali dengan cuplikan pendapat Sekjen Kemenag Bahrul Hayat dalam rangka menyambut digelarnya Konferensi Media Islam Internasional II  di Jakarta, 13-15 Desember mendatang, yang bertema “New Media and Communication Technology in the Muslim World”. diselenggarakan Kemenag dan Rabithah Alam Islami yang berpusat di Arab Saudi. “Acara ini, bertujuan meningkatkan kerja sama dan membentuk jejaring antara negara-negara Islam untuk mengantisipasi persoalan yang merugikan umat Islam,” ujarnya
Menurut Bahrul, latar belakangnya adalah fakta bahwa dunia informasi dan teknologi komunikasi saat ini memasuki era yang sangat mencengangkan. “Di mana berbagai media tumbuh sangat pesat seiring berkembangnya internet, dan memicu perubahan tatanan politik sosial budaya dan keagamaan masyarakat,” ucapnya.
Dunia Maya,Dunia Nyata, Dunia Akhirat
Demam internet beberapa tahun terakhir ini melanda hampir seluruh lapisan masyarakat, tak berlebihan jika dikatakan dunia maya dan dunia nyata saling membawa dampak, dan puncaknya adalah dampak permanen yaitu kehidupan kita kelak diakhirat.
Ketika awal-awal diperkenalkan blog, masih sedikit yang tertarik apalagi yang mau memanfaatkannya untuk menjadi media penyebar informasi, pendidikan yang bersifat positif, saya masih ingat ketika dunia blogger mencapai puncak keterkenalannya, beberapa pendidik, tokoh agama masih memandang tidak perlu memanfaatkan media di dunia maya, alasannya pun beragam,mulai dari yang formal sampai yang terksan mengada-ada, “dunia maya itu haram,internet itu cabul,ustadz koq aktif internetan apalagi punya jaringan internet sendiri di rumah berarti dia itu fasiq”.
Itu suara-suara 1 tahun yang lalu, coba sekarang kita tengok ke jejaringan social, utamanya facebook, kita akan tercengang, sudah tidak terhitung lagi berapa ratus ustadz bahkan kyai yang mempuyai akun facebook. Saya tidak sedang membahas hokum menggunakan atau mempunyai akun jejaring social bagi seorang ustadz atau kyai, namun lebih pada pengamatan. Ada 1 hal yang menarik dalam pandangan saya;
Saat mereka ditawari diajak menulis tentang pengetahuan agama, informasi pendidikan agama rame-rame “menolak”, tapi dengan adanya jejaring social tanpa undangan pun mereka serentak membuat akun dan aktif, ketidak tahuan (gaptek) tampaknya tidak menjadi soal, mereka punya prinsip “man jadda wajada” siapa giat berusaha maka akan mendapatkan”, usaha untuk mempunyai akun facebook dan mengoperasikannya mereka lakukan, dari mulai memanggil muridnya yang sudah ‘alim facebook, hingga begadang sampai pagi latihan mengoperasikan menu-menu yang ditawarkan facebook.
Dunia facebook didominasi oleh kawula muda, tak ayal lagi banyak ustadz atau kyai yang “terjebak” ikut-ikutan gaya anak muda yang kadang kurang patut, sehingga mungkin akhir-akhir ini kita sering membaca status seseorang yang mengeluhkan perilaku ustadz yang memajang foto mesranya dengan pacarnya, kata rayuannya di status kekasihnya, atau kata-kata yang tak patut lainnya distatus-status lainnya.
Sekali lagi saya tegaskan, saya tidak sedang menghakimi para pengguna jejaring social, tapi yang menjadi focus bahasan saya adalah; betapa sangat gamblang, dunia maya sangat membawa dampak perilaku kita didunia nyata, atau dunia maya menjadi pelarian mengekspresikan sifat “genit dan nakal” kita yang sellau kita tutup rapat didunia nyata. Dan yang lebih mencengangkan menurut saya, sebagian dari kita tergiur menjadi pengguna jejaring social bukan dalam rangka untuk memperluas cakupan dakwah, tapi lebih pada hiburan,memang tidak salah, namun snagat ironis.
Jemari kita kelu saat diminta menulis sebuah artikel yang bermanfaat, tapi begitu lincahnya saat menulis status “guyonan” di jejaring social, apalagi jika status kita laris manis, jempol bersliweran tak terhitung, komentar pun bermunculan, ada kebanggan tersendiri katanya, dan itu menajdi pelecut penyemangat untuk update status yang lebih “heboh” lagi, sehingga lama-lama kita sudah terbiasa, akhirnya hamper sudah tak bisa dibedakan mana ahli agama dan orang awam, dilihat dari status, tingkah polah di media jejaring sosialnya.
Melihat fakta yang demikian, jika sampai hari ini masih ada tokoh atau pun individu yang bergerak dalam bidang dakwah dan pendidikan masih memandang dunia maya tidak perlu disentuh, kita tidak perlu memanfaatkan dunia maya, maka bisa para muridnya akan mempunya 2 kejiwaan atau 2 kehidupan, dunia maya dan nyata yag keduanya bertolak belakang. Santun didunia nyata namun “liar” didunia maya. Na’udzubillahi min dzalik.(zid)

Jumat, 30 Desember 2011

sisi gelap di indonesia tentang dunia maya

sisi gelap di indonesia tentang dunia maya

LONDON - Berselancar di dunia maya berlama-lama dapat menguak sisi gelap seseorang. Semakin seseorang kecanduan internet, maka semakin dia akan dibuat depresi.

Hasil studi dari Catriona Morrison dan timnya dari University of Leeds, Inggris menemukan, semakin lama menghabiskan waktu berselancar di dunia maya, akan semakin memicu perasaan tidak bahagia pada diri seseorang.

Dampak buruk pada psikologis tersebut dipengaruhi oleh depresi dan kecanduan internet. Kemungkinan besar disebabkan karena orang-orang yang kecanduan internet umumnya telah menganggap dunia maya menjadi pengganti aktivitas normal mereka sehari-hari.

"Internet memainkan peranan besar dalam kehidupan modern. Namun perlu diingat pula berbagai keuntungan yang didapat dari internet tak lepas dari sisi gelap yang menemaninya," kata Morrison seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (5/2/2010).

Dalam studi yang melibatkan 1.319 partisipan ini, peneliti mewawancara orang-orang berusia antara 16 hingga 51 tahun. Mereka diminta menaksir kadar ketergantungan terhadap internet dan depresi yang ditimbulkan.

"Terdapat kesesuaian yang sangat tinggi antara lama waktu yang dihabiskan untuk berinternet dengan tingkat depresi yang ditimbulkan," kata Morrison.

Rata-rata tingkat depresi mereka diketahui lima kali lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak kecanduan internet. Studi ini juga menemukan, para pecandu internet yang umumnya berusia 21 tahun menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengunjungi situs porno, game online dan komunitas online.
(ugo)

sisi gelap dalam dunia maya

DALAM dunia pendidikan, internet (dunia maya) telah mendapat tempat yang sangat terhormat dan strategis. Betapa tidak, teknologi informasi ini telah memberi kemudahan bagi anak sebagai peserta didik untuk menerima maupun memberi informasi.




Sekolah, dalam memperkenalkan keunggulan institusinya, selalu menonjolkan penggunaan internet sebagai indikator penggunaan teknologi informasi, bahkan dikatakan telah menjadi basis pembelajaran. Karena itu, ada sekolah lebih mengutamakan pengadaan internet daripada perpustakaan. Sepertinya semua persoalan pembelajaran di sekolah telah dapat diselesaikan dengan pemanfaatan dunia maya.

Guru yang tidak bisa memanfaatkan dunia maya dalam pembelajaran diberi julukan guru "gagap teknologi" (gaptek). Agar tidak gaptek, mau tidak mau guru tentu ikut bersama peserta didik menyelami dunia maya. Sayang, kebanyakan guru tidak mampu mengikuti perkembangan dunia maya yang begitu pesat. Sebaliknya, peserta didik lebih cepat menguasai dibanding guru. Peserta didik pun memaklumi kondisi gurunya yang masih gaptek.

Namun, kita tidak dapat menutup mata terhadap apa yang diberitakan oleh media massa akhir-akhir ini. Misalnya, empat orang siswa SMA di Tanjung Pinang (Kepulauan Riau) dikeluarkan dari sekolah karena dituduh mengkritik guru lewat facebook. Lepas dari kebenaran informasi yang mereka tulis di facebook itu, ternyata dunia maya telah membuat para siswa itu menghadapi permasalahan yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Padahal, apa yang ditulis oleh siswa di facebook kemungkinan berdasarkan fakta atau sekurang-kurangnya guru kurang bisa menjalin komunikasi dengan peserta didik. Dan, sudah menjadi berita biasa kalau siswa selalu berada pada posisi yang salah. Tampaknya, sekolah lebih memilih menyelamatkan guru daripada siswa. Mudah-mudahan hal itu sudah menjadi bahan bahasan Komisi Perlindungan Anak.

Demikian pula halnya, gara-gara berkenalan lewat facebook, seorang gadis remaja yang sedang duduk di kelas XI SMA di Surabaya nekat pergi ke Jakarta untuk menemui teman pria yang dikenalnya lewat facebook. Kepergian tanpa pamit itu tentu saja menjadi persoalan bagi orangtua. Kejadian itu selanjutnya menjadi urusan polisi karena telah menjurus kepada tindakan pelanggaran hukum.

Kejadian yang tidak diharapkan gara-gara perkenalan lewat dunia maya itu bukanlah pertama kalinya menimpa anak remaja. Tentu saja masih banyak kasus serupa terjadi hingga kini seperti yang diberitakan media massa dan sebagian lagi tidak sampai di media massa. Selain itu, jauh sebelumnya telah beberapa kali juga terungkap bahwa anak mengenal seks bebas lewat dunia maya.



Kebohongan Akademis

Masalah sisi gelap dunia maya tidak saja menjerumuskan anak yang sedang menginjak usia remaja dalam hal penyalahgunaan hubungan seksual, melainkan juga dalam kebohongan akademis di lembaga pendidikan.

Sebagai seorang guru, penulis pernah memberikan tugas kepada siswa untuk membuat karya tulis. Apa yang terjadi? Ternyata banyak di antara siswa menyetor tugas berupa copy-paste dari dunia maya tanpa menyebutkan sumber maupun memberikan analisis sesuai dengan kemampuan mereka. Ternyata, bukan sebatas siswa sekolah menengah saja yang melakukan copy-paste karya orang lain, tetapi juga mahasiswa. Bahkan, baru-baru ini terkuak penjiplakan karya orang lain oleh seorang profesdor di salah satu perguruan tinggi di Bandung.

Lewat dunia maya, penyelesaian tugas dengan copy-paste makin marak pada anak. Mau tidak mau seorang guru dituntut mengenali kemampuan para siswanya dalam menyelesaikan tugas. Selain itu, guru henndaknya rajin-rajin pula membuka situs-situs di dunia maya yang berkaitan dengan bidang tugasnya. Kalau tidak, peserta didik akan terus melakukan copy-paste dari dunia maya tanpa menyebutkan sumbernya.

Dunia maya terus menyuburkan sikap penjiplakan yang sangat merugikan dunia pendidikan. Kalau saja mereka mau menyebutkan sumbernya, tentu sangat baik. Suatu hal penting yang perlu ditanamkan pada anak dalam menggunakan dunia maya adalah sikap kejujuran untuk menyebutkan sumbernya. Kalau tidak, setelah dewasa tentu akan lebih parah daripada sang profesor yang kedapatan menjiplak karya orang lain.

Penggunaan dunia maya sebagaimana mestinya tentu akan memajukan dunia pendidikan. Zaman sekarang guru dan buku bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Kalau materi pembelajarannya sulit ditemukan lewat buku-buku sumber, dunia mayalah yang akan membantunya. Kekurangan yang ada pada guru maupun buku akan dilengkapi oleh sumber yang ada pada dunia maya.

Persoalannya, sudahkah para guru juga memanfaatkan dunia maya untuk menambah wawasannya? Kalau guru hanya menyuruh siswa mencari sumber belajar dari dunia maya sedangkan guru sendiri masih gaptek, maka guru akan mudah dibohongi oleh siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas, apalagi guru yang malas mengoreksi tugas-tugas yang dikumpulkan siswa. Kondisi seperti ini tentu akan ikut memunculkan kebohongan pada dunia akademis. Jadi, selain memberi kemudahan dalam dunia pendidikan, dunia maya juga menumbuhsuburkan kebohongan.



Perlu Pengawasan

Kita juga tidak dapat menutup mata bahwa anak ke internet lebih banyak mencari sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan tugas sekolah. Sepanjang tidak menjurus ke hal-hal yang negatif tentu tidak salah. Tetapi, guru maupun orang tua yang tergolong gaptek akan sulit untuk mengawasi perilaku anak dalam memanfaatkan dunia maya.

Anak minta izin ke warnet, akan mengatakan ada tugas dari sekolah, padahal ia mencari sesuatu yang pada akhirnya menjerumuskan dirinya sendiri. Sudah banyak kasus yang menjerumuskan anak gara-gara dunia maya. Karena itulah perlu dicarikan jalan keluarnya bagaimana cara meminimalkan dampak negatif dunia maya.

Untuk meminimalisasi dampak negatif dunia maya, perlu pengawasan dari berbagai pihak. Pengawasan pertama tentu orangtua, kemudian guru di sekolah. Pengawasan dari orangtua maupun guru yang gaptek tampaknya akan mengalami kesulitan. Bagaimana bisa mengawasi jika lika-liku dunia maya tidak dikuasainya? Itulah tantangan bagi orangtua dan guru menghadapi perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat. Orangtua maupun guru selalu kalah cepat daripada anak.

Mengingat kebanyakan orangtua dan guru kurang menguasai teknologi informasi, sudah sepatutnya pemerintah terutama Kementerian Komunikasi dan Informasi melindungi anak-anak dari pengaruh negatif dunia maya. Situs-situs yang tidak layak dibuka oleh anak-anak perlu ditertibkan. Kalau tidak, kemajuan teknologi informasi justru akan menjerumuskan generasi muda. Kemajuan teknologi akan menghancurkan masa depannya.

Korban dunia maya sudah banyak, tidak perlu ditambah lagi. Korban jangka pendek dari teknologi informasi seperti apa yang diberitakan oleh media massa akhir-akhir ini sudah banyak terjadi, jangan ditambah lagi. Sedangkan sisi negatif jangka panjang, dunia maya akan menumbuhsuburkan penjimplakan karya orang lain, kebohongan akademis. Memang persoalannya bukan pada dunia maya itu melainkan akibat krisis mental pada penggunanya.

DAMPAK LAIN DARI DUNIA MAYA

DAMPAK LAIN DARI DUNIA MAYA
Posted by mukhlisukses pada 19 September, 2008
Setelah memasuki dunia online lewat blog dan webstore,ternyata banyak efek-efek positif yang kami rasakan.Yang utama adalah penjualan lewat online semakin menggembirakan dan membuat semangat semakin membara.Dampak lainnya adalah semakin banyak teman dan sahabat di dunia maya untuk saling berbagi dan saling “mencuri” ide.Ada yang nanya ini,nanya itu atau kita yg nanya ini itu kepada orang lain,dan lain sebagainya.
Dampak lainnya yang saya rasakan adalah,kami semakin di kenal oleh media.Al-hamdulillah sudah pernah dua kali mendapat tawaran TV Nasional untuk di liput,yang pertama sebelum bulan puasa yang lalu ditawari untuk diliput oleh TRANS 7 dg tema toko busana muslim,tetapi karena kami merasa belum pantas untuk masuk media Televisi dengan terpaksa tawaran itu kami tolak secara halus.
Yang kedua,dalam minggu ke tiga bulan puasa ini kami juga di tawari oleh TPI untuk liputan busana muslim anak,awalnya sebetulnya juga masih enggan.Karena merasa belum pantas.Tetapi akhirnya kami setujui.Dan karena sangat mendadak sekali.Kami tidak punya persiapan apa-apa.Jadilah toko Raihan Kids yang berantakan dan gudang kami yang awut-awutan tertangkap oleh kamerawan TPI.Karena jam 11:30 saya di kontak oleh mbak Dewi (kalau nggak salah),sekitar jam 14;00 kru TPI sudah datang untuk pengambilan gambar.Maka terjadilah apa yang terjadi.
Entah nanti bagaimana hasilnya,saya juga belum tahu,karena baru akan di tayangkan tanggal 28 September nanti.Moga-moga jadi tayang walaupun kami tidak terlalu berharap ada dampak penjualan yang signifikan dari tayangan tersebut,mengingat sudah dekatnya Hari raya ‘iedul Fitri.
Tetapi paling tidak bisa menyemangati diri,untuk semakin berpacu dan membuat prestasi baru….Amiiiin…1001X.
Setelah beberapa peristiwa “mengejutkan” tersebut saya baru sadar bahwa sebagian besar wartawan juga memanfaatkan Google untuk mendapatkan sumber berita dan tempat liputan Karena dari kedua media TV tadi dan beberapa media lain yang pernah menghubungi saya,mengakui bahwa mereka mendapatkan informasi dari blog ini atau dari webstore GriyaRaihan.com.Bagaimana mereka bisa “nyasar’ ke blog ini atau webstore kami kalau bukan dari mesin pencari seperti Google atau Yahoo.
Bagaimana dengan Anda..?.Apakah Anda sudah memaksimalkan potensi blog atau website Anda,sudahkah “bersahabat” dengan mbah Google ?jika belum.mari kita sama-sama belajar untuk memperbaikinya demi menggapai mimpi dan cita-cita yang lebih besar.
Bagaimana menurut Anda…?.

Pengaruh Negatif Dunia Maya

Pengaruh Negatif Dunia Maya
Kategori Info Tekno, Pendidikan, Psikologi, Tips Penulis Hendriono Terbit Kamis, September 03, 2009
Dunia maya (jadi ingat nama salah satu pengawas) adalah dunia semu yang tersusun dari angka, huruf dan grafis yang mampu mempengaruhi seseorang dalam berfikir dan bertindak. Dunia yang dipenuhi ide, imajinasi, inovasi, kreatifitas, unek-unek, pengalaman dan hal lain yang muncul dari hasil pemikiran manusia atau pun teori-teori yang telah ada. Sungguh dunia unik yang memberikan kebebasan manusia sehingga bisa berkomunikasi tanpa terhalang jarak, umur, jenis kelamin, pendidikan, ras, agama, keturunan maupun waktu. Dunia maya mampu merealisasikan sesuatu yang baru sebatas ide atau imajinasi menjadi sesuatu yang memuaskan tanpa harus dalam bentuk nyata (dapat diraba). Maka tidaklah salah jika orang kemudian merekomendasikan internet sebagai salah satu sumber informasi yang dapat merangsang daya pikir seseorang hingga mempengaruhinya dalam berfikir dan bertindak. Bagi sebagian orang internet adalah dewa kehidupan, sebagian lagi menyebut sebagai kesenangan, hiburan semata, sebagian lagi menganggap internet tak ubahnya kertas kosong yang mampu diisi dengan apapun ataupun hanya sekedar dilipat untuk dibuang. Terserahlah mereka menyebut dunia yang satu ini sebagai apa, tapi keberadaannya tidak bisa kita pungkiri telah memberikan efek terhadap dunia nyata yang kita hadapi sehari-hari. Dunia maya, internet atau cyber world adalah sebuah fenomena dari hasil pemikiran manusia akan kebutuhan komunikasi dan informasi yang pengaruhnya begitu kuat bagi para penggunanya, kekuatannya bagaikan pedang dengan dua sisi yang sama tajam. Ketajamannya dapat mengiris dan menusuk tirai penghalang yang ada didunia nyata menjadi sesuatu yang dapat memberikan manfaat positif ataupun negatif.
Sesuai dengan hadist Rasulullah SAW; "Kamu lebih tahu tentang urusan duniamu", ini memberikan gambaran bahwa pada dasarnya semua teknologi hukumnya mubah (boleh) termasuk internet, akan menjadi haram atau halal hukumnya tergantung kita yang menggunakan teknologi tersebut. Menjadikan teknologi halal hukumnya adalah keinginan kita, tetapi sungguh hal yang sangat sulit disaat manusia itu dikuasai hawa nafsu. Sedangkan ketajaman pedang teknologi cyber world dapat menusuk langsung ke jantung penggunanya membuat tidak berdaya bahkan sebaliknya menjadi terperdaya. Maka berhati-hatilah bagi mereka yang baru belajar tentang dunia maya. Niat yang baik, kesempatan yang ada, dan tujuan harus tersusun baik dalam hati setiap pengguna. Jangan menjadi pengguna yang "daripada diam" dalam menggunakan teknologi yang satu ini, dan janganlah menjadi bagian dari mereka yang sudah terjerumus dalam dunia maya yang kelam. Indonesia adalah salah satu negara dengan pengguna internet yang kurang efesien dalam memanfaatkan bandwidth, sehingga termasuk negara boros bandwidth tanpa manfaat. Gambar, film pornografi masih menjadi favorit para pengguna internet Indonesia, begitu pula layanan chat (ngobrol berbasis teks dan suara) penyumbang bandwidth terbesar yang menghabiskan arus lalu lintas internet Indonesia. Bukan membandingkan, Inggris adalah negara yang boros akan bandwidth, tapi survey menyebutkan orang Inggris rata-rata menggunakan internet untuk membuka konten pornografi hanya sekitar 1-5 menit perhari perorang. Sedangkan survey menyebutkan bahwa orang Indonesia menghabiskan waktu sekitar 1-5 jam perhari perorang untuk membuka konten pornografi, dan tercatat pula oleh Google kata kunci untuk konten pornografi setiap hari sekitar 5000-10.000 klik perhari. Sungguh luar biasa rusak!!!
Pengaruh yang begitu besar terhadap penggunanya membuat para pendidik (siapapun dia) harus memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan para generasi menjadi pengguna intenet yang bijak serta baik. Kita harus mampu memberikan gambaran pengaruh positif dan negatif kepada mereka sebagai generasi penerus. Pengaruh positif tidaklah perlu dibahas disini karena hal tersebut mudah untuk diekplorasi sesuai pandangan para pembaca yang lebih pintar dari penulis.
Berikut adalah gambaran pengaruh dan akibat negatif penggunaan internet yang tidak bijak dan tidak baik :

1. Merusak moral, mental, dan cara berfikir
Hal ini adalah awal rusaknya para pengguna internet, mereka dipengaruhi cara berfikir yang salah tentang internet. Diberikan gambaran tentang black hacker, pornografi, black underground community, dan hal negatif lainnya. Sehingga mereka terpancing untuk mencoba hal-hal buruk yang pada akhirnya merugikan diri sendiri dan orang lain. Yang lebih parah tingkah laku tidak terpuji mereka juga diterapkan didunia nyata. Daya khayal tinggi (candu) akan sesuatu yang menurut mereka menyenangkan membuat mereka lupa akan diri mereka sendiri. Hal ini membuat generasi berikutnya kehilangan kendali untuk menantukan nasib mereka. Bukan hanya itu mereka lebih suka mengumbar emosi untuk meluapkan ketidak senangan mereka terhadap sesuatu.

2. Kerugian finansial
Kerugian finansial disini bisa terhadap diri sendiri maupun orang lain. Kesenangan menggunakan internet yang berlebihan dapat membuat tagihan internet membengkak, walaupun itu layanan internet kantor maupun pribadi.

3. Menginap di Hotel Prodeo
Yang satu ini bukan cerita belaka, Kevin Mitnick mungkin seorang hacker yang menginap lama di Hotel Prodeo, keingin tahuannya mengantar beliau mendekam di penjara. Niat yang baik harus tersusun dan terarah supaya para pengguna yang pada dasarnya merupakan generasi berikut sangatlah penting, jangan sampai perkembangan teknologi yang satu ini menjadi bumerang baik bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar bahkan dunia maya Indonesia.
Marilah kita bersama menjaga dunia maya kita, karena siapa yang akan menjaganya kecuali diri kita sendiri yang telah diberi ilmu lebih dulu dari mereka yang belum mengenalnya. Tetapkan hati, kuatkan niat untuk menjaga dunia maya kita agar terbentuk generasi yang handal dari sisi inteligensi, emosional maupun spiritual... Insya Allah...

sisi gelap kehidupan

sisi gelap kehidupan

Pernah baca kisah Ted Bundy? Atau menonton interview-nya di youtube? Sekilas kisah, doi itu adalah seorang pembunuh berantai yang telah menghabisi 30 orang perempuan ( FBI memperkirakan ada 100-an korban yang tak ditemukan). Ted Bundy seorang yang terpelajar berpendidikan tinggi, rapi, ahli hukum cerdas dan rupawan. Tak ada tampang pembunuh berdarah dingin padanya. Hingga setelah perburuan berbulan-bulan pihak kepolisian lintas negara bagian Amerika, kasusnya yang menggemparkan terungkap, dan semua orang yang mengenalnya sebagai orang baik hanya bisa terperangah

" hahh??!! Nggak mungkin?'"

Benar, Ted Bundy telah menafikan tipikal pembunuh berantai yang selama ini distreotipekan dengan perilaku sinting, dengan penampilannya yang masuk akal dan memikat banyak perempuan.

Nggak beda jauh dengan karakter Ted Bundy, dunia maya sesungguhnya juga penuh dengan hal-hal tak terduga. Di sini ada bermacam jenis dan perilaku berseliweran. Ada yang baik, jahat, psikopat, penipu, petualang pencari cinta, dan pembunuh. Bermacam-macam. Fakta membuktikan telah begitu banyak korban berjatuhan karena candu pergaulan dunia maya yang mengesankan. Siapa saja bisa menutupi, memanifulasi atau merekayasa siapa dirinya sesungguhnya. Dengan tujuan dan maksud tertentu.

Beragam korban yang tercatat menjadi korban pergaulan dunia maya yang gelap, telah dan mungkin akan segera tercatat di mana-mana sebagai iktibar bagi yang lain. Mulai dari kasus yang umum hingga kasus -kasus berat yang menimbulkan korban. Seperti kasus penipuan beberapa perempuan yang dilakukan oleh anggota Multiply beberapa waktu lalu, pembunuhan seorang karyawati BCA yang dilakukan kenalannya di Facebook, lalu penculikan dan perkosaan seorang isteri professor warga francis baru-baru ini, juga oleh seorang pria yang ditemuinya di twitter dan facebook. Dan yang terakhir adalah kasus penipuan seseorang yang mengaku dr Aisha Wardhana, relawan dan ( ngakunya ) ahli bedah plastik lulusan jepang, yang mengaku jadi korbang penembakan di Somalia. Walau kasus yang terakhir ini dianggap hanya kerjaan orang -orang iseng dan tokoh Aisha adalah rekaan orang-orang yang mupeng populer, namun peristiwa seperti ini sudah sering terjadi. Sisi gelap dunia maya kembali menguak. Betapa dunia maya penuh dengan orang-orang baik sebanding dengan jumlah orang-orang sakit setengah gila.

Sisi Gelap Facebook

Sisi Gelap Facebook
15 Feb 2010
• Headline
• Media Indonesia
SOROTAN terhadap dampak negotit Faabaak monad! im yang menghangat pekan-pekan terakhto tiri Meakipun situs jejaring sosial ini telah diterima sceara masif sebagai produk kecanggihan teknologi informasi di situ bersemayam pula sisi gelap dan dampak negatif yang mulai dirasakan masyarakat.
Kasus hilangnya Marietta Nova Triani dalah contohnya.Gadisberusia 14 Tahun asal Jawa Timur, itu ditemukan di Tangerang, Banten, pekan lalu, seorang lelaki yang dikenalnya melalui Facebook, Kaburnya Nova itu menjadi indikasi bahwa kekhawatiran masyarakat akan dampak buruk situs itu bukan sekadar Isapan |Onpot.
Kasus Nova bukan satu-satunya kasus. Nasib juga menimpa Stefani Abelina Tiur Napitupulu. 14,asal Surabaya serta Sylvia Russarina, 23, vang berdomisili di Semarang. Mengingat kian meluasnya pengguna situs Kalai Itu kalangan remaja, selayaknya dicurigai lebih banyak lagi kasus serupa yang belum terungkap.
Yang mengerikan ialah hilangnya anak-anak gadis itu diiringi dugaan telah terjadi pelecehan seksual atau tindak pen-cabuUin. Artinya, Facebook telah dipergunakan orang-orang tidak bertanggung jawab untuk menarik manfaat seksual. Singkatnya, inilah kejahatan seksual modus baru yang mengancam anak-anak gadis berusia dini yang dengan mudahnya mengakses teknologi maju itu.
Teknologi maju tak dapat dihindari dan hanya bangsa yang bodoh yang menolak kemajuan. Facebook, Friend-sler, Twitter, dan situs jejaring sosial lain di internet adalah produk teknologi informasi yang tidak bisa dibendung kehadirannya.
Internet telah menjadi bagian yang tak terpisahk.in dalam kehidupan modern. Adalah mustahil memisahkan kehidupan modern dari internet. Oleh karena itu, keliru besar melarang anak-anak dan remaja mengakses internet dan berkomunikasi melalui situs jaring sosial hanya karena muncul kasus-kasus penculikan dan penipuan di sana.
Yang harus dilakukan adalah terus-menerus membangun kesadaran yang kritis bahwa selalu ada peluang terjadinya mm hitam dari sisi yang putih. Seharusnya kita sudah menyadari betapa di balik kekuatan situs jejaring sosial yang manfaatnya luar biasa itu, tersembunyi pula bahaya yang sama dahsyatnya. Bukankah ada dua sisi dari sebuah koin?
Maka, pilihannya sangat terang benderang, yaitu membuat anak-anak lebih cerdas, lebih cermat, dan lebih berhati-hati dalam mengakses internet. Sebab, seperti halnya dunia nyata, dunia maya juga dipenuhi bahaya. Akan tetapi, bagaimana orang tua dapat menyelami dunia anak-anaknya yang baru itu bila orang tua tiada mau mengikuti perubahan zaman?
Nasihat agar orang tua melek internet adalah anjuran yang baik untuk dilaksanakan agar orang tua lebih mengerti dunia anak-anaknya. Namun lebih penting lagi menciptakan komunikasi yang terbuka dan berkualitas antara anak dan orang tua sehingga tercipta kemampuan berbagi (sharing).Semua anjuran itu telah menjadi klise, tetapi harus kembali diingatkan agar anak-anak tidak perlu mencari-cari suasana itu melalui situs jejaring sosial di internet. Anda ingin menanggapi "Editorial" ini, silakan kunjungi mediaindonesia.com

sisi gelap menurut kami

Sebelum saya lanjutkan membuat postingan ini, saya ingin mendefinisikan pengertian internet sehat versi saya:

"Buat saya, kategori berInternet secara sehat yaitu: Jika kita bermain internet, dan setelah kita bermain internet tersebut, maka kita akan memperoleh manfaatnya. Misalkan saja ilmu kita bertambah, atau kita mendapat teman seHobi yang bisa kita ajak sharing(contohnya saya: saya suka komputer, saat saya bergabung dengan suatu forum di internet saya memperoleh banyak teman yang juga suka komputer juga, dan kita saling berbagi ilmu kita, sehingga ilmu saya dapat bertambah, selain itu juga ilmu saya dapat membantu oranglain), atau lewat internet kita bisa mencari uang "tentu saja dengan cara yang halal, misalkan melalui program advertismen, bukan seperti kita membobol rekening orang lain"."

Tapi pada kenyataanya di dunia internet tidaklah selalu baik. Kita bisa banyak belajar kejahatan melalui internet, misalkan saja kita bisa belajar hacking, melakukan penipuan melalui dunia maya atau segala hal yang berbau cyber crime. Sekarang juga banyak orang yang memanfaatkan internet sebagai tempat untuk berjudi. Dunia maya juga sudah banyak merusak mental para pelajar Indonesia melalui situs-situs yang berbau pornografi yang dapat mereka akses secara bebas melalui internet.
Banyaklah pokoknya hal-hal yang baik dan buruk yang dapat kita temukan dalam internet.


Jadi pada intinya Internet bisa BAIK bisa juga BURUK, tergantung orang yang menggunakannya. Internet bisa diibaratkan seperti sebuah pedang bermata dua, jika si penggunanya bermaksud baik maka Pedang itu akan bermanfaat bagi orang banyak, tapi jika si penggunanya bermaksud buruk maka pedang itu akan membawa bencana bagi banyak orang, bahkan untuk dirinya sendiri.
"Jadi, ayo kita lebih selektif dalam menggunakan internet agar apa yang kita dapat dari inernet dapat bermanfaat juga bagi orang banyak"


Buat para pelajar pasti internet akan sangat bermanfaat, apalagi jika digunakan untuk mencari materi pelajaran, karena segalanya ada di internet.
Tapi rata-rata pelajar sekarang sudah terjerumus dalam sisi gelap dunia maya. Banyak hal buruk yang sering diakses para pelajar, terutama adalah situs-situs porno. Mungkin jika para pelajar indonesia dapat terlepas dari jeratan situs porno, pasti nasib Indonesia akan sedikit lebih baik, karena para pelajar adalah tunas muda harapan bangsa.

Situs porno itu memang seperi Narkoba, sekali kita mencoba akan sangat sulit untuk kita dapat terlepas darinya. Saya dulu juga merupakan salah satu korbannya, memang saya akui sangat sulit untuk dapat terbebas dari situ porno tersebut. Tapi sekarang puji tuhan saya sudah dapat terlepas dari hal-hal seperti itu.
Oleh karena itu, di blog ini saya akan berbagi kepada kalian tentang tips-tipsnya agar kalian yang juga mengalami masalah yang sama dengan saya dapat terbebas secara sepenuhnya dari situs-situs porno tersebut.
Sekarang sudah banyak software yang digunakan untuk blocking situs porno di internet, tepi menurut saya PERCUMA karena tidak ada sistem yang sempurna, semuanya pasti mempunyai kelemahan. Jika niat tersebut bukan berasal dari tekat yang kuat agar anda dapat terlepas dari jeratan situs porno, software itu benar-benar percuma, karena saya yakin kalian pasti akan mencari celah untuk menaklukan software itu.
Jadi tips dan trik yang akan saya bagikan disini perlu diingat tanpa software

Tips1:
Cari hal-hal menarik lain di internet (selain situs porno) misalnya saja game, facebook, kaskus, filem-filem yang anda sukai.
Jujur yang membuat saya terlepas dari situs porno yaitu: kaskus.us"yaitu suatu forum internet", blogspot, dan nonton atau membaca komik naruto.
Jadi intinya, carilah hal lain yang dapat menyibukan anda saat anda behadapan dengan internet, sehingga anda tidak punya waktu untuk membuka situs-situs porno lagi.

Tips2:
Jangan membuka internet jika tidak ada tujuan, maksudnya jika anda membuka internet harus mempunyai tujuan yang jelas. Misalnya untuk memeriksa email atau mencari tugas. Jika anda membuka internet tanpa tujuan, pasti ujung-ujungnya sapai pada situs porno lagi.

Tips3:
Ini adalah inti dari semua tips diatas, tanpa anda mengikuti tips ini percuma anda lakukan 2 tips diatas.
Tips yang ketiga adalah, tekat kuat untuk terbebas dari situs porno.
Semangat anda pasti dapat menjadi lebih baik tanpa situs porno.

Ada satu hal lagi yang ingin saya bagikan buat kalian, terutama para pelajar indonesia. Dulu ini yang membuat saya bisa terlepas dari situs porno, yaitu forum internet, tadi sudah saya singgung di atas.
Sekarang saatnya para pelajar indonesia bukan hanya terbebas dari situs porno tetapi juga menjadi lebih pintar dengan memanfaatkan internet.
Melalui suatu forum diskusi online, yang didalam forum itu banyak orang yang akan membantu anda memecahkan masalah anda, bahkan anda juga dapat membantu memecahkan permasalahan orang lain."Tentusaja itu akan menambah wawasan anda"

Mengapa dengan forum internet, saya bisa bebas dari jeratan situs porno???
karena saat berinternet, saya hanya sibuk dengan forum internet itu, saya sangat bisa merasakan berdiskusi tentang hal yang saya sukai"komputer", dengan orang-orang yang lebih ahli dari pada saya.

Buat kalian yang juga ingin mengikuti forum internet untuk menambah wawasan atau bahkan untuk melepaskan diri dari jeratan situs porno, saya akan beri beberapa link forum internet yang bisa kalian kunjungi:
Kaskus.us
IndonesiaIndonesia.com
Indowebster

Semoga semua hal yang saya bagi diatas dapat sedikit memperbaiki mental tunas muda harapan Indonesia, agar masa depan Indonesia memiliki secercah harapan di masa depan nanti.

Sisi Gelap Psikologi Dunia Maya

Sisi Gelap Psikologi Dunia Maya
Posted on Juli 6, 2009 by vandalismeintelektual
Prolog
Melanjutkan tulisan saya di postingan sebelumnya (Blunder in The Use of New Technology), saya kembali tertarik untuk membedah lebih jauh dampak buruk perkembangan teknologi informasi. Entah kenapa, mungkin karena pengalaman pribadi saya sendiri, saya sangat merasa bahwa setiap orang perlu dibekali dengan pemahaman mengenai dampak penyalahgunaan teknologi informasi. Pelajaran seperti ini seharusnya diberikan seperti halnya pelajaran mengenai dampak penyalahgunaan obat-obatan dan penyalahgunaan kekuasaan yang dalam satu dekade terakhir banyak diajarkan di negeri ini. Mengapa pelajaran seperti itu sangat penting? Saya tidak akan menjelaskan alasan pribadi saya mengenai itu kepada Anda, karena ini dilatarbelakangi oleh pengalaman pribadi penulis, tapi cukuplah maraknya isu tentang dampak buruk facebook (baca: pengharaman facebook) menjadi salah satu alasan kita untuk cukup concern dengan tema semacam ini.
Beberapa waktu yang lalu saya berada dalam sebuah forum diskusi kecil lintas bangsa (karena hanya ada sekitar 10 orang dan ada beberapa orang luar negerinya juga) yang membahas mengenai dampak negatif facebook. Seperti biasa, dalam diskusi ini ada golongan afirmatif dan ada golongan negatifnya. Sang pengusung ide afirmatif, yang juga seorang mahasiswi, berusaha meyakinkan audience dengan fakta-fakta. Dan dengan teknik retorika yes-no question, Ia tampak berusaha menggiring peserta diskusi lainnya bahwa penggunaan facebook memang buruk. Namun, ide-idenya dengan serta merta dibantah oleh golongan negatif. Mereka yang jumlahnya lebih banyak ini mempertanyakan argumen sang mahasiswi dengan sebuah alasan sederhana: facebook (seperti halnya bentuk teknologi lainnya) adalah suatu objek netral dan pengaruh negatifnya sangat ditentukan oleh penggunanya.
Diskusi pun selesai. Tak ada kesimpulan apapun, semua kembali pada diri masing-masing peserta. Saya yang sedari tadi tidak ikut-ikutan bicara, menangkap satu poin penting dari diskusi tanpa kesimpulan itu. Ini memang bukan masalah facebook atau situs jejaring social apapun, bukan pula masalah fasilitas chatting, sms, telepon genggam, telepon rumah atau apapun, tapi ini menyangkut bagaimana kesadaran kita –sebagai pengguna teknologi- dalam menentukan batas-batas penggunaan sebuah teknologi. Dalam pandangan saya sebagai seorang Muslim, maka penggunaan teknologi apapun itu adalah sesuatu yang boleh-boleh saja “mubah”karena itu terkait persoalan keseharian “muamalat”. Ada kaidah dalam agama saya yang menyatakan bahwa “segala sesuatu yang menyangkut urusan muamalah itu mubah sifatnya, kecuali yang diharamkan”. Kaidah itu secara tidak langsung menyatakan bahwa segala jenis teknologi informasi itu mubah kecuali jika digunakan untuk tujuan yang diharamkan. Lalu seperti apakah tujuan yang diharamkan itu?
Tentu saya tidak akan menjelaskan rincian apa saja yang diharamkan dalam Islam, tetapi saya yang menjadi salah satu pembaca tetap rublik psikologi di harian KOMPAS merasa tulisan sang pengasuh, Ibu Sawitri Supardi Sadarjoen, berikut ini sudah cukup memberi gambaran salah satu dampak buruk yang dapat muncul dari teknologi informasi (berikut tulisan Ibu Sawitri di Kompas yang saya kutip menggunakan cetak miring (font italic):
FB dan SMS, Bibit Selingkuh?
Facebook (FB) dan SMS sudah bukan barang asing di negeri tercinta ini. Teman, sahabat, mantan kekasih, ”kecengan” masa remaja yang sudah puluhan tahun berlalu tidak bertemu dan tidak bersapa tiba-tiba datang di depan mata tanpa jarak. Kita bisa bercengkerama, berhalo-halo, bernostalgia, berbagi pengalaman, curhat, tanpa dibatasi ruang dan waktu lagi. Banyak sisi positif yang bisa kita raih, banyak pula sisi negatif yang bisa berpengaruh, bahkan banyak pula kejadian fatal yang bisa diakibatkannya.
Sisi positif antara lain:
- Tali silaturahim yang pernah terbina pada masa lalu nyambung kembali. Banyak hal yang akan diceritakan dan didiskusikan, bahkan ditertawakan dengan ceria. Cerita-cerita lama yang lucu akan muncul kembali, menambah keceriaan pertemuan di alam maya.
- Hambatan dalam berkomunikasi dengan cara berhadapan dengan sendirinya bisa diciptakan tanpa kesulitan. Komunikasi tertulis tanpa memandang orang yang diajak berkomunikasi memang membuka peluang bagi seseorang untuk lebih lancar dan mengalir.
Hal positif lain sebagai akibatnya adalah bahwa komunikasi alam maya menjadi tempat berlatih menyusun kalimat dengan baik dan bahkan tempat berlatih merayu tanpa harus menanggung rasa malu.
- Ungkapan-ungkapan bebas mengalir tanpa hambatan dan diwarnai oleh rayuan-rayuan kecil, terutama bila pada masa lalu pernah terjadi hubungan yang agak istimewa atau salah satu dari yang berkomunikasi pada dasarnya tertarik dengan lawan berkomunikasinya. Bahkan, pada pasangan alam maya yang baru dikenal pun mungkin saja berkembang ke arah komunikasi tertulis yang diselingi rayuan-rayuan pula. Bagi orang yang pada dasarnya kurang mampu bergaul, melalui FB bisa mendapat kesempatan mendapatkan kenalan baru.
Kasus 1:
”Ibu, sudah dua tahun ini saya merasa tidak berdaya, merasa hampa, enggan melakukan apa pun, malas, tidak tahu apa yang sebenarnya diharapkan dari hidup ini. Kadang tersirat keinginan untuk mati saja, rasanya hidup saya tidak berharga lagi. Saya merasa teman-teman hanya mengambil manfaat atas hidup saya, dan tidak satu teman pun yang betul-betul mengerti saya.
Walaupun umur saya sudah 30 tahun, saya tidak pernah berniat untuk mencari pacar dari dunia maya, tetapi orang ini terus-menerus menghubungi saya sehingga lama-lama saya jadi terbiasa setiap hari sekitar satu-dua jam berkomunikasi melalui FB dan akhirnya juga menggunakan SMS. Lama-kelamaan saya merasa nyaman punya teman yang setiap pulang kantor dapat dihubungi. Segala hal yang saya alami dalam satu hari saya ceritakan, begitu pula halnya dengan X.
Saya merasa cocok, dan rupanya dia juga merasa cocok, lama-lama komunikasi berkembang dan diisi dengan saling merayu dan memuji cara saya berkomunikasi dan sesekali mengatakan bahwa saya tampak cantik di foto yang ada di FB. Saya memberi tahu X mengenai ciri fisik saya, dan katanya tinggi badan dia hanya berbeda 2 cm dari diri saya. Perasaan saya waktu itu benar-benar penuh dan saya merasa hidup terasa berarti dan penuh.
Pada suatu hari Minggu kita sepakat bertemu di sebuah restoran. Pada awal pertemuan, dia mengamati saya dari ujung kaki sampai ujung rambut dan berkomentar, ’Saya kira kamu tidak setinggi ini….’ Memang kecuali tinggi badan saya lebih dari kebanyakan tinggi badan perempuan lain, badan saya pun tampak besar, sementara walaupun hanya beda 2 cm, karena badan X agak ramping, jadi saya terlihat jauh lebih tinggi. Kami memesan makanan, tapi terus terang saya agak kecewa karena ternyata X agak pendiam sehingga relasi kami terasa kaku.
Setelah pesanan makanan kami habiskan, X langsung pamitan, dengan alasan ada janji di kotanya dengan seorang teman. Ibu, saya sangat terkejut ketika seminggu kemudian X mengubah statusnya yang tadinya single menjadi in-relationship. Satu bulan kemudian X menikah dan mengakhiri hubungan dengan saya.
Saya benar-benar sedih, merasa kehilangan teman bicara dan kehilangan seseorang yang selama enam bulan terakhir mengisi hati saya. Sejak itu sering saya menangis sendiri, bahkan tanpa terasa air mata sering berlinang. Ibu, saya patah hati, saya sedih dan saya merasa kehidupan ini tidak berarti lagi…,” demikian K (30 tahun).
Kasus 2:
”Ibu, istri saya selingkuh, saya tidak mau memaafkannya, saya benar-benar mau cerai dengannya. Saya perhatikan beberapa bulan terakhir ini ia selalu sibuk dengan laptopnya, katanya dia berhubungan dengan bekas teman-teman sekelasnya saat di SMA.
Tadinya saya pikir biasa saja dan saya tidak curiga sama sekali, tetapi pagi tadi saya lihat dia men-charge ponselnya, ketika saya keluar dari kamar mandi, dia cepat-cepat mencabut charger-nya dan berusaha menyembunyikan ponselnya di kantong daster yang dia pakai. Melihat gelagatnya yang gugup, saya jadi curiga dan minta ponsel yang dia pegang, tapi dia tidak memberikan, bahkan membawanya keluar. Saya tambah curiga dan saya berusaha merebutnya. Tentu saja tenaga saya lebih kuat, serentak saya buka isi ponselnya mengerikan, I love u, I miss you, dsb.
Saya penasaran dan saya buka inbox-nya, ternyata ada perjanjian ketemu di satu mal. Setelah saya tanya beberapa kali, baru dia mengaku bahwa mereka sudah tiga kali bertemu. Rupanya lelaki yang sebenarnya sudah menikah itu naksir istri saya saat masih di SMA, tetapi tidak cukup percaya diri untuk melakukan pendekatan karena banyak lelaki lain yang berminat dengan istri saya.
Kami sebenarnya sudah 24 tahun menikah dan punya dua anak yang sudah cukup dewasa, tapi saya tidak mau melanjutkan perkawinan saya. Anak-anak sudah dewasa. Kalau saya ceritakan bahwa ibunya selingkuh, pasti mereka memahami kalau saya mau menceraikan ibunya…,” demikian L (53 tahun).
Analisis:
Dua kasus di atas adalah contoh konkret dari banyak kasus oleh ekses penggunaan FB dan SMS yang sangat tidak kita inginkan. K menderita depresi yang membutuhkan bantuan psikologik berlanjut dan keluarga L menjadi rentan terhadap perceraian akibat penyalahgunaan FB dan SMS, dengan dua anak kandung yang juga nyaris menjadi korban perceraian kedua orangtuanya. Jadi rupanya hal yang harus kita sadari adalah bahwa alat komunikasi canggih baru akan terasa kecanggihannya bila kita mampu memanfaatkannya dengan penuh rasa tanggung jawab dan terkendali.
Sawitri Supardi Sadarjoen Psikolog
Diambil dari http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/07/06/09541734/fb.dan.sms.bibit.selingkuh
Mungkin sebagian pembaca akan berkata, tentu saja penyalahgunaan facebook dan sms adalah tanggung jawab sang pengguna dan tidak semua orang begitu. Memang benar, tapi yang ingin saya tekankan di sini adalah kesempatan yang diberikan kepada kita untuk melakukan kesalahan akan semakin terbuka dengan adanya facebook dan sms. Pembaca tentu ingat kata-kata mutiara dari Bang Napi “ingat! Kejahatan bisa timbul bukan hanya karena ada niat dari pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan”. Tulisan dari Ibu Sawitri tadi menyadarkan kita bahwa teknologi informasi saat ini telah membuka sebuah lipatan dari dunia ini yang sejak zaman dahulu kala terlipat. Lipatan itu adalah batasan ruang dan waktu (space and time barrier) yang sejak zaman dahulu mereduksi kesempatan orang untuk berkomunikasi.
Batasan itu kini telah hilang. Teknologi informasi mendobrak seluruh tatanan komunikasi verbal dan non-verbal karena jangkauan teknologi informasi ini yang begitu luasnya. Tak ada yang menghalangi saya untuk menghubungi teman saya di Afrika sana walaupun saat itu sedang tengah malam. Untuk melihat apa yang sedang dia lakukan saat berkomunikasi dengan saya pun bisa dilakukan jika kami sama-sama mau melakukannya. Tinggal mengaktifkan webcam dan jadilah komunikasi kami berlangsung. Hal seperti itu tidak pernah terjadi di zaman dahulu, dan kini terjadi. Kesempatan seperti itu tidak ada zaman dulu, dan sekarang kesempatan itu ada.
Mengapa perkembangan teknologi informasi begitu berpotensi melahirkan kekacauan dalam kehidupan manusia? Jawabannya karena penggunaan teknologi informasi – dalam hal yang lebih spesifik adalah internet- mempengaruhi psikologi dasar manusia. Perkembangan teknologi dan segala dinamika pengaruhnya terhadap psikologi manusia bahkan kini menghasilkan cabang ilmu psikologi sendiri yang disebut sebagai cyberpsychology atau psikologi dunia maya. Psikologi dunia maya berbicara banyak tentang perilaku, cara berpikir, dan perasaan manusia yang berkaitan dengan kompleksitas dunia maya. Beberapa pembahasan psikologi dunia maya diantaranya adalah mengenai dampak interaksi dengan media internet dalam munculnya kekerasan remaja, pembelajaran multi-tugas, kecanduan online, dan pengaruh-pengaruh lainnya pada hubungan virtual (virtual relationship), pembentukan kelompok, depresi, dan kognisi manusia (definisi disarikan dari penjelasan Dr. Michael Fenichel di cyberpsychology.com).
Epilog
Tulisan dari Ibu Sawitri merupakan contoh kasus bagaimana teknologi informasi dapat berpengaruh buruk terhadap kehidupan manusia jika tidak digunakan secara bertanggung jawab. Meskipun tidak secara langsung menjelaskan atau membicarakan cyberpsychology, tulisan tersebut dapat diturunkan menjadi kasus pengaruh psikologis penggunaan teknologi informasi. Pengaruh psikologis tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.
NB: Terus terang, saya menulis artikel ini sebagai salah satu bentuk diseminasi atau edukasi mengenai penyalahgunaan teknologi informasi bagi diri saya sendiri khususnya, dan para pembaca pada umumnya. Mungkin para pembaca dapat merasakan kalau tulisan ini cenderung mengarahkan para pembaca agar berhati-hati dengan teknologi informasi, dan itu benar karena memang tulisan ini bersifat persuasive. Judul yang saya gunakan juga terkesan provokatif dan kurang tepat, itu semua sengaja dilakukan dan hanya demi tujuan publisitas semata. Tulisan saya ini dan kasus yang diangkat dari rubrik Ibu Sawitri di KOMPAS tidak secara utuh merepresentasikan dampak buruk teknologi informasi, apalagi dampak teknologi informasi secara keseluruhan. Tulisan ini hanya sedikit membahas masalah ini dan kasus yang diangkatpun hanyalah kasus-kasus ekstrem. Untuk sisi positif teknologi informasi tentu sangat banyak dan tidak dapat disangkal lagi telah bermanfaat banyak bagi kehidupan manusia. Untuk mencari dampak positif dari teknologi informasi dapat dirujuk pada tulisan-tulisan lainnya yang dapat dicari di mesin pencari seperti google dan lain-lain.

sisi gelap dalam dunia maya


Sisi Gelap Dunia Maya
24 May 2010
Oleh ADI SURYA
INTERNET tak lagi dipandang sebagai tools semata, tetapi sudah menjelma menjadi medium yang melibatkan partisipasi aktif penggunanya. Perspektif ini mengamini teori uses and gratifications yang menitikberatkan pada media pasif dan ko-munikan aktif. Lantas menjadi ironi ketika Iata menyalahkan internet (media) jika terdapat masalah yang diakibatkan dari relasi komunikasi yang terjadi di dalamnya. Apa yang terjadi pada Nova Triani, seorang remaja SMP yang lari bersama remaja pria kenalannya di situs jejaring sosial, patutnya dijadikan refleksi. Apakah remaja yang belum matang secara emosional itu tepat dijadikan kambing hitam persoalan yang terjadi? Ataukah perlu ada kontrol yang ditempatkan dalam variabel teknologi untuk mengantisipasi terulangnya kasus seperti ini.
Isu ini memang dapat berkembang menjadi pro dan kontra yang sulit diurai solusinya. Di satu sisi, kasus Nova yang menjadi momok menakutkan bagi banyak orang tua yang menghendaki adanya kebijakan-kebijakan yang mampu mengontrol penyalahgunaan media baru. Sementara yang lain lebih menilai kasus ini sebagai konsekuensi dari perkembangan teknologi yang tak dibarengi dengan perkembangan mental manusianya. Semuanya itu tergantung dari perspektif melihat persoalan mengenai isu sosial ini.
Namun yang perlu juga diingat, internet bukan sekadar altematif media komunikasi baru, tetapi ia juga membentuk pola-pola komunikasi baru yang memiliki karakteristik berbeda dengan media lain. Pola-pola itu di antaranya sifat komunikasi bermedia berubah menjadi komunikasi yang interaktif. Sifat komunikasi tidak lagi selalu syn-chronorous, tetapi dapat pula bersifat asynchronorous. yaitu komunikasi melalui media internet dengan pengirim dan penyampai pesan dalam berinteraksi tidak berada pada kedudukan tempat dan waktu yang sama, tetapi pesan tetap sampai pada tujuan atau sasaran (penerima). Selain itu, jarak ruang dan waktu antara pengirim dan penerima pesan menjadi semakin tipis, serta konteks komunikasi berlangsung dalam dunia maya (virtual).
Interaksi virtual
Menurut Parwitaningsih, terjadinya interaksi sosial dipengaruhi oleh beberapa aturan, di antaranya aturan yang berkaitan dengan dimensi ruang dan dimensi waktu. Aturan merujuk kepada hubungan kita dengan pihak lain yang memengaruhi posisi kita dalam melakukan interaksi. Artinya, kedekatan kita kepada seseorang akan memengaruhi sikap kita dalam berinteraksi dengan orang yang bersangkutan. Teori fiducary mink Taflotrt Parsons (1978) juga mengemukakan hal serupa. Interaksi sosial dapat membangun kedekatan jarak yang akan membuahkan tingkat keintiman di antara pelaku sosial. Keadaan ini berakibat pada sikap saling terbuka untuk saling memahami dan saling menghayati antara satu dengan yang lain. Di dunia virtual pun interaksi sosial dapat berjalan hampir seefektif interaksi sosial di dunia nyata.
Internet memadukan interaktivitas dalam komunikasi dengan konsep jarak dan ruang. Pola-pola komunikasi yang hanya terdiri atas salah satu di antaranya dianggap konvensional dan membatasi komunikasi yang mungkin terjadi di antara personal Dengan dihilangkannya hambatan itu, maka intensitas dan kontinuitas proses komunikasi dapat meningkat Hal ini bisa menjadi anugerah atau musibah, tergantung pada tujuan proses komunikasi yang dilakukan. Dalam hal ini, unsur manusia memang menjadi penentu terhadap hasil dari penggunaan media virtual yang terjadi Seperti yang termaktub dalam teori uses and gratifications yang menyebutkan bahwa komunikan bersifat aktif dan secara sadar memilih koneksi yang dikehendakinya dalam berinteraksi di dunia maya. Meski begitu, sering kali manusia tetap tak bisa otonom mengendalikan pikiran dan keputusan yang dibuatnya dalam menjalin jejaring di dunia virtual. Adanya unsur-unsur di luar diri manusia yang memengaruhi tindakannya, termasuk akses terhadap teknologi serta informasi yang bebas, bertebaran di dalamnya.
Tak tepat memang ketika dalam kasus Nova kita menyalahkan Facebook (teknologi), karena teknologi tak memiliki kuasa absolut untuk mendiktekan apa yang harusnya diperbuat penggunanya. Namun, patut diperhatikan bahwa penggunaan teknologi juga membutuhkan kearifan dan kematangan secara emosional. Apa ang terjadi pada Nova dan pasangan chatting-nya itu mungkin satu dari banyak dampak buruk penggunaan teknologi yang salah. Kecermatan dari pihak-pihak yang lebih mature sangat dibutuhkan untuk menghindarkan kasus-kasus Nova lainnya terulang lagi.
Kearifan dan kematangan dalam penggunaan teknologi bisa melibatkan beberapa model sistem sumber dalam mengatasi masalah-masalah sosial (Pincus dan Minahan 1973). Pertama, sistem sum- ber informal adalah sumber yang dapat memberi bantuan berupa dukungan emosional dan afeksi, nasihat, dan informasi tentang penggunaan internet secara arif. Sumber ini berbentuk keluarga, teman, dan tetangga.
Kedua, sistem sumber formal di mana sumber ini memberi bantuan kepada para anggotanya. Dalam kasus remaja yang masih bersekolah, sumber informal bisa berasal dari sekolah tempat dia menjalani proses didik. Adanya kebijakan mendaftarkan akun jejaring sosial pada pengajar sekolah, memungkinkan guru bisa memantau aktivitas anak-anak didiknya. Sekolah juga bisa mengajarkan penggunaan teknologi yang baik dengan mata pelajaran khusus atau diselingi di setiap mata pelajaran.
Ketiga, sistem sumber kemasyarakatan, yaitu sumber memberikan bantuan kepada masyarakat umum. Sumber yang bisa kita jadikan sarana perubahan adalah polisi dan kementerian terkait. Polisi dan kementerian terkait bisa mengawasi modus-modus yang dicurigai berlangsung di dunia maya dan kemudian melakukan penindakan yang tegas.
Namun, dibalik itu semua, perlu kita pahami bahwasanya kejahatan selalu mendahului penegakan hukum. Oleh karena itu, tindakan pencegahan selalu lebih penting dibandingkan dengan tindakan reaksioner setelah kejahatan terjadi. Peran keluarga dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada anggota keluarga dipandang memegang peranan penting melalui fungsi sosialisasi. Menurut Thomas Iichona (Megawangi, 2003), pendidikan karakter pertu dilakukan sejak usia dini. Erik Erikson - yang terkenal dengan teori Psychososial Development - juga menyatakan hal yang sama. Dalam hal ini Erikson menyebutkan, anak adalah gambaran awal manusia menjadi manusia, yaitu masa di mana kebajikan berkembang secara perlahan tetapi pasti (dalam Hurlock, 1981). Dengan kata lain, bila dasar-dasar kebajikan gagal ditanamkan pada anak di usia dini, maka dia akan menjadi orang dewasa yang tidak memiliki nilai-nilai kebajikan. Selanjutnya, White (dalam Hurlock, 1981) menyatakan, usia dua tahun pertama dalam kehidupan adalah masa kritis bagi pembentukan pola penyesuaian personal dan sosial.
Menurut resolusi Majelis Umum PBB (dalam Megawangi, 2003), fungsi utama keluarga adalah "sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan menyosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera". Artinya, dukungan keluarga dalam mengurangi angka-angka penyalahgunaan teknologi sangat berperan besar. Bangsa vang kuat tercermin dari peran keluarga yang berfungsi. Diharapkan generasi muda kita bisa melek teknologi tanpa terjerumus dalam lubang hitam kejahatan virtual. Teknologi bukanlah sesuatu yang bebas nilai. Jika pelaku mempergunakan secara negatif, maka teknologi akan dipandang sebagai hal yang negatif. Begitu sebaliknya, jika dipergunakan secara positif, tentunya Iata tidak akan menghujat teknologinya bukan?***

Cyber Sex.. Perangkap Seks di Dunia Maya

Anda suka browsing di Internet? Kalau ‘ya’, Anda mungkin pernah chatting atau ber-cyber-love atau mungkin ber-cyber-sex dengan ‘lawan main’ Anda. Atau barangkali Anda suka membuka situs-situs ‘triple X’ yang begitu ‘memukau’ dan membuat kadar testosteron Anda naik ke ubun-ubun? memang beberapa orang menyebut Cyber sex, adalah alternatif seks di dunia maya.
Cyber sex, melakukannya sesekali barangkali masih normal. Namun, kalau Anda sudah kecanduan dan susah melupakan kebiasaan itu, Anda mesti waspada. Akibatnya bisa fatal, perilaku berubah, kinerja belajar, hubungan suami-istri amburadul, rumah tangga bisa hancur bahkan bercerai. Lho?!
Psikolog Amerika, Kimberley Young menyatakan, banyak perkawinan yang berumur 15, 20, atau 25 tahun dapat berakhir hanya karena tiga atau empat bulan cyber-affair, perselingkuhan siber.
Kehidupan modern memang membuat jangkauan pergaulan meluas, sementara energi sosialisasi kita terbatas. Untungnya, teknologi komunikasi mampu memberi pijakan baru dalam relasi ini. Salah satu di antaranya adalah internet, sebuah penemuan terbesar dalam abad ini. Saking kuatnya pijakan itu, internet menjadi bagian tidak terpisahkan dari evolusi sosialisasi manusia.
Namun, setiap perkembangan selalu memunculkan wajah buruknya, di samping manfaatnya. Wajah buruk itu terwakili oleh perselingkuhan siber dan kecanduan seks di internet. Memang, internet tidak saja memberikan informasi ilmu pengetahuan, tapi juga materi-materi pornografis. Maka, kalau ada orang bilang, manusia adalah binatang seks, wajar saja jika kemudian muncul fenomena kecanduan seks di Internet.
Internet memang bak rimba perawan nan menantang. Survai yang dilakukan psikolog David Greenfield awal tahun ini menunjukkan, 6% dari 18.000 responden kecanduan berselancar di Intenet. Angka ini jika diproyeksikan ke jumlah penduduk Amerika, akan menemukan angka yang fantastis: jutaan orang menemukan ‘obat’ baru!
Dalam pertemuan tahunan Asosiasi Psikolog Amerika Greenfield mengatakan, kecanduan internet memiliki kesamaan gejala dengan kecanduan obat bius. Laporannya menemukan, mereka yang kecanduan Internet menyatakan ‘hampir selalu’ kehilangan jejak waktu.
Memang dalam penelitian itu terungkap, 819 keasyikan berselancar. Lebih tegas lagi, 58% di antaranya ingin menghabiskan lebih banyak lagi waktu berselancar.
Hasil penelitian Greenfield juga menemukan bahwa profil orang yang kecanduan cybe sex adalah lelaki dengan rentang usia antara 25 dan 55. Rata-rata mereka berpendidikan tinggi dan berpenghasilan tinggi. Sebuah survai lain yang dilakukan tahun lalu juga menemukan angka yang klop: 86% dari peselancar lelaki di Amerika tertarik terhadap online sex. Delapan persen di antaranya bahkan menghabiskan waktu 11 jam seminggu hanya untuk melongok situs-situs porno.
Persoalan komunikasi memang bisa menjadi penyebab orang lari ke cybersex. Biasanya ini menyerang lelaki. Kaum adam memang memiliki kekurangan dalam komunikasi verbal untuk mengemukakan perasaan mereka.
Untuk membedah kekurangan, perlu ditarik ke belakang, yakni dalam proses sosialisasi. Di sini lelaki memperoleh perlakuan yang berbeda dalam persoalan mengungkapkan perasaan. Contoh, anak lelaki yang jatuh terus kesakitan. Lingkungan akan bilang, “Udah, kamu ‘kan lelaki. Masak gitu saja kesakitan.” Padahal, dalam soal perasaan lelaki dan wanita sama saja.
Perbedaan mencolok lainnya, lelaki terangsang oleh stimulus visual atau pengamatan, sedangkan perempuan oleh stimulus pendengaran. Perempuan lebih suka dirayu daripada diperlihatkan sosok lelaki telanjang.
Selain itu, persoalan fisik juga berpengaruh terhadap rangsangan seksual. Wanita, jika kecapaian, dorongan seksualnya menurun. Berbeda dengan lelaki yang meski lelah seharian bekerja dia masih memiliki dorongan seksual. Ibarat argometer atau mesin diesel, dorongan seksual lelaki jalan terus. Nah, untuk menyalurkan dorongan itulah, situs seks yang ‘on’ terus 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu mungkin bisa menjadi semacam ‘solusi’.

Menjamurnya Sex di Dunia Maya

Sex memang kebutuhan setiap orang dewasa, orang tak dapat hidup layak tanpa merasakan nikmatnya berhubungan seks. Hal inilah sebetulnya salah satu fungsi utama dari pernikahan. Tapi banyak orang yang melakukan seks bebas tanpa lewat jalur pernikahan, Prostitusi, selingkuh dan sebagainya. Tak tanggung-tanggung lagi kemajuan teknologi informasi ternyata membawa dampak yang cukup signifikan terhadap perkembangan seks bebas. Terbongkarnya prostitusi online melalui situs jejaring sosial Facebook di Surabaya, membuka mata masyarakat kalau bisnis esek-esek di Indonesia sudah mulai merambah dunia maya. Sebetulnya, sebelum Facebook menjadi alat untuk yang disalahgunakan, telah beredar cara-cara lain di bisnis ini yang memanfaatkan internet, salah satunya adalah forum sex.

Tidak berbeda dengan Facebook untuk prostitusi online, cakupan forum sex tentunya jauh lebih luas dengan berbagai layanan yang lebih bervariasi. Melalui forum, sesama anggotanya yang telah terdaftar akan dengan mudah mempertemukan antara seorang perantara (germo) dengan kliennya. Maka tak pelak, wanita panggilan yang ada di forum sex ini menjadi jauh lebih banyak dan bervariasi.

Seperti yang dikutip Berita Tekno dari okezone, forum-forum sex seperti ini begitu menjamur bak cendawan di musim hujan. Tak ada yang tahu pasti siapa yang pertama kali mendirikan situs forum sex seperti ini di Indonesia, termasuk sudah berapa banyak forum sejenis ini didirikan hingga kini.

Dari sekian banyak forum itu sebut saja forum yang sudah akrab di telinga pengguna internet seperti forum BB17, Dunia Sex, kampus.us, perawan.us, ranjang.com, dan masih banyak lagi.

Memang tidak semua forum khusus orang dewasa itu menawarkan jasa wanita panggilan untuk memuaskan hasrat para lelaki hidung belang. Ada yang sekedar melayani unduhan foto dan video porno, cerita dewasa, atau malah ada menyajikan kesemuannya. Salah satu contohnya adalah BB17, sebuah forum sex yang lumayan besar namanya di jagad maya.

Forum BB17 awalnya bernaung dibawah forum terbesar di Indonesia, Kaskus, namun setelah terbitnya peraturan UU ITE, membuat BB17 melepaskan atau lebih tepat dilepaskan oleh pengembang Kaskus.

Lepas dari Kaskus, tidak berarti membuat BB17 ditinggalkan penggemarnya, malahan jumlah pengunjung semakin eksis dari hari ke hari. Layanan yang ditawarkan di BB17 ini malah boleh dikatakan sebagai acuan tak resmi bagi siapapun yang ingin mendirikan forum yang serupa. Di BB17, pengunjung disediakan berbagai fitur, mulai dari obrolan biasa, tempat mengunduh foto dan film porno, sampai transaksi PSK.

Tak berbeda jauh dengan BB17, forum Dunia Sex pun juga menawarkan hal yang serupa. Di forum ini bahkan malah lebih mirip menjadi sebuah lokalisasi online, dengan tawaran wanita-wanita sesuai para pemuas hawa nafsu sesaat saja. Lihat saja, di kanal underground service milik BB17, ditampilkan perempuan dari mulai SMA sampai paruh baya, dari Jabodetabek sampai dengan ujung Sumatra, semuanya lengkap untuk dipilih.

Pengunjung forum ini tentunya wajib mendaftarkan diri, dengan akun yang berbeda dan samar mereka bebas menuju sub forum yang diingini. Tanpa biaya administrasi, anggota di sebuah forum ini hanya diminta menunjukkan loyalitas terhadap forum tersebut. Jika berbuat yang onar, maka pengelola yang disebut admin tanpa segan akan menedangnya keluar dari forum.

Jika boleh meminjam istilah saat ini, Sex 2.0 rasanya sangat tepat untuk menggambarkan era pelacuran dunia maya. Transaksi jarak jauh dua arah khas web 2.0, menjadikan bisnis sex ini mudah dijangkau tanpa perlu takut seperti membeli kucing dalam karung, karena si wanita yang menjajakan diri wajib menampilkan foto aslinya, plus verifikasi dari si admin itu sendiri.

Sekarang kita kembalikan ke diri kita masing-masing, karena Tuhan sudah menciptakan jalan yang aman dan indah untuk melakukan hubungan seks yaitu dengan pernikahan yang sah, tapi kita sendiri kadang-kadang lebih suka jalan-jalan yang dilarang Tuhan sehingga penyebaran virus HIV semakin hari semakin bertambah ...

Kamis, 29 Desember 2011

KEJAHATAN DUNIA MAYA

Kejahatan dunia maya (Inggris: cybercrime) adalah istilah yang mengacu kepada aktivitas kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer menjadi alat, sasaran atau tempat terjadinya kejahatan. Termasuk ke dalam kejahatan dunia maya antara lain adalah penipuan lelang secara online, pemalsuan cek, penipuan kartu kredit/carding, confidence fraud, penipuan identitas, pornografi anak, dll.
Walaupun kejahatan dunia maya atau cybercrime umumnya mengacu kepada aktivitas kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer sebagai unsur utamanya, istilah ini juga digunakan untuk kegiatan kejahatan tradisional di mana komputer atau jaringan komputer digunakan untuk mempermudah atau memungkinkan kejahatan itu terjadi.
Contoh kejahatan dunia maya di mana komputer sebagai alat adalah spamming dan kejahatan terhadap hak cipta dan kekayaan intelektual. Contoh kejahatan dunia maya di mana komputer sebagai sasarannya adalah akses ilegal (mengelabui kontrol akses), malware dan serangan DoS. Contoh kejahatan dunia maya di mana komputer sebagai tempatnya adalah penipuan identitas. Sedangkan contoh kejahatan tradisional dengan komputer sebagai alatnya adalah pornografi anak dan judi online.

Selasa, 27 Desember 2011

Moral di dunia maya

Sebuah virtual reality penciptaan kembali eksperimen psikologi tahun 1960-an yang terkenal adalah di dalam berita hari ini . Psikolog sosial dan ilmuwan komputer di University College London , Inggris, digunakan realitas immersive virtual untuk menciptakan 'ketaatan kepada otoritas' Stanley Milgram bereksperimen . Berikut kertas teknis penuh .

Milgram meminta subyek tes untuk memberikan kejutan listrik semakin kuat untuk orang asing ketika mereka membuat kesalahan pada tes memori. Meskipun kekhawatiran moral yang serius, banyak peserta yang melakukannya, tanpa mengetahui bahwa orang asing menggeliat sebenarnya bertindak.

Motivasi Milgram adalah pertanyaan apakah penjahat perang Nazi benar-benar bisa 'hanya menjadi perintah berikut'. Percobaan menyarankan orang akan melakukan hal-hal mengerikan jika seseorang dalam posisi otoritas memberitahu mereka. Tapi pekerjaan lebih lanjut di daerah ini telah terhambat oleh kekhawatiran etis.

Kelompok mendapat UCL sukarelawan mereka untuk helm don VR mengalami versi simulasi percobaan. Ini dirancang untuk menjadi sama, tetapi orang asing mendapatkan terkejutnya avatar animasi hanya komputer.

Namun tim UCL menyimpulkan subjek tes mereka bereaksi pada Pengukuran denyut jantung dan variabilitas denyut jantung menunjukkan bahwa mereka bereaksi seolah-olah ", tingkat subjektif perilaku dan fisiologis seolah-olah itu nyata meskipun pengetahuan mereka bahwa tidak ada peristiwa nyata yang terjadi." situasi nyata. Mereka seperti sadar dan khawatir yang mereka lakukan salah, tapi terkejut Stanger pula.
Cakupan laporan pekerjaan yang sekarang pintu terbuka untuk mencoba semua jenis apa yang pemimpin peneliti Mel Slater panggilan "situasi yang sebaliknya mungkin baik untuk alasan praktis atau etis."
Saya pikir itu lebih menarik untuk mempertimbangkan ini sebagai suatu wawasan tentang bagaimana orang mengambil moral kehidupan nyata mereka dengan mereka ke dunia maya. Hal ini umum untuk membaca liputan berita bahwa cat dunia online, chat room dan internet pada umumnya secara moral kehilangan - tempat di mana orang pergi untuk melarikan diri dari belenggu moral kehidupan nyata.
Untuk tingkat tertentu ini benar, tetapi percobaan ini menunjukkan bahwa orang-orang menjaga nilai-nilai mereka dalam apa yang mereka ketahui untuk menjadi arena virtual. Saya pikir langkah berikutnya adalah untuk mengetahui lebih lanjut. Berikut tiga hal yang saya ingin tahu.
1. Apakah moral kuat seperti 'jangan menyiksa orang asing' menerjemahkan lebih baik daripada yang lemah seperti 'tidak main mata dengan orang asing' atau 'tidak pernah berbohong? Apakah ada beberapa nilai-nilai moral yang kebanyakan orang tidak akan melanggar dalam lingkungan virtual?
2. Apakah pengalaman mendalam yang membuat perbedaan? Orang akan selalu mematuhi lebih dekat dengan kehidupan nyata mereka nilai-nilai jika pengalaman virtual lebih nyata. Tampaknya, mungkin internet akan menjadi tempat yang bersih jika kita semua memiliki VR.

3. Berapa banyak perbedaan tidak sedang diawasi membuat? Mungkin peserta dalam uji coba UCL akan kurang peduli menyakiti seseorang simulasi jika mereka melakukannya dari rumah, tanpa pengamat dunia nyata.
Terakhir dari semua, saya tidak yakin dengan ide Slater bahwa peneliti sekarang dapat menggunakan VR untuk mempelajari situasi sosial yang ekstrim seperti "kekerasan yang terkait dengan sepak bola, serangan rasial, serangan geng pada individu" dengan impunitas.

Percobaan Milgram disebabkan keprihatinan etis karena penggunaan penipuan dan fakta subyek eksperimental ditempatkan dalam situasi menyedihkan. Sepertinya saya bahwa jika kita konsisten secara moral hasil dari kelompok UCL harus memicu beberapa isu yang sama.

Ada tidak ada penipuan. Tapi seperti menulis tim, peserta merespon pada ", tingkat subjektif perilaku dan fisiologis seolah-olah itu nyata". Jika kesulitan yang sama itu disebabkan, pasti percobaan hanya sebagai tidak etis?

Komentar:
Semua komentar harus menghormati Aturan Scientist Rumah Baru . Jika Anda berpikir tertentu istirahat komentar aturan ini maka silakan beritahu kami, mengutip komentar dalam pertanyaan.
Sangat menarik untuk mendengar bahwa orang "mengambil moral mereka dengan mereka" ke dunia maya. Aku bermain World of Warcraft, dan saya melihat bukti ini setiap hari. Ketika 'tetes' item dari makhluk yang telah dibunuh oleh 2 atau lebih pemain bekerja sama, ada kesempatan untuk mencuri (atau Ninja seperti yang dikenal) item. Sebagian besar orang tidak akan pernah bermimpi melakukan ini, bahkan jika kelompok terdiri dari orang asing. Anda mendapatkan yang aneh yang akan, dan mereka dengan cepat mendapatkan nama buruk bagi diri mereka sendiri. Hal ini membuat saya berpikir bahwa "reputasi" mungkin sama pentingnya dengan setiap kode moral inate kita mungkin memiliki.

Jika kita "moral" datang dengan kami untuk memungkinkan kita untuk berfungsi sebagai sebuah kelompok, maka mereka "moral" yang juga terkait dengan reputasi individu (atau ingin memiliki reputasi baik). Ini bisa mengapa kebanyakan orang dalam percobaan ini (dan memang dalam kehidupan nyata) cenderung terjebak dalam "aturan gerombolan" untuk melakukan hal-hal yang mengerikan bahwa mereka tidak akan lakukan sebagai individu. Sebuah "otoritas" meminjamkan kita reputasi mereka sehingga kita dapat bertindak tanpa merusak kita (dan mungkin bahkan mengancam reputasi kita jika kita tidak melakukan seperti yang mereka katakan).
Dengan Anonim Franchesca pada 22 Desember 2006 11:56
Saya pikir itu tergantung pada seberapa dekat realitas pertandingan e-dunia. Anak-anak saya dulu suka loading terbaru metropolitan besar saya di SimCity dan menghancurkan dengan satu bencana demi satu: tornado, gempa bumi, kebakaran, penjajah asing, dll saya tidak berpikir mereka akan yang tak berperasaan dalam kehidupan nyata. Tentu saja, mereka memiliki cukup akal untuk tidak menyimpan kekacauan mereka ke file asli. (Mungkin itu pelestarian diri?)
Dengan Anonim Anonymous pada 22 Desember 2006 03:02
Terima kasih atas komentar Anda, saya berpikir bahwa 3 pertanyaan Anda menaikkan menarik.

Saya tidak yakin dengan argumen etika meskipun - di sini tidak ada tekanan diletakkan pada para peserta untuk tinggal di percobaan seperti dalam percobaan asli oleh Stanley Milgram, di mana subjek diberi tahu "Anda tidak punya pilihan selain terus" dll. Peserta kami diberitahu sejak awal bahwa mereka bisa menarik setiap saat tanpa memberikan alasan, dan mereka juga memperingatkan sebelumnya bahwa beberapa orang mungkin merasa stres (atau tidak).

Meskipun fakta bahwa sistem otomatis mereka cenderung untuk menanggapi seolah-olah itu nyata meskipun, berarti bahwa paradigma ini dapat digunakan untuk studi (meskipun melihat komentar di bagian "Spekulasi di Ketaatan dalam Virtual Reality" di kertas asli).
 
By '' SUGIARTO'' 

Archive

Postingan Populer